Kurban

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail tentang Kurban

kisah nabi ibrahim dan ismail

Sahabat pasti sudah tahu bukan kalau sejarah kurban terletak pada kisah Nabi Ibrahim dan Ismail? Nah, di momen menjelang Idul Adha ini alangkah lebih baik apabila kita mengingat kembali kisah tersebut. Sebab rasanya kurang tepat menyambut segala suasana Idul Adha dan kurban tanpa membaca kembali kisah tersebut.

Untuk itu, pada artikel kali ini kami akan menceritakan kembali kisah Nabi Ibrahim dan Ismail. Mari sekali lagi menyelami peristiwa yang membuat umat Muslim saat ini melaksanakan ibadah kurban. Meskipun Sahabat mungkin sudah pernah mendengar atau membacanya, tak ada salahnya untuk mengingat kembali, bukan?

Langsung saja, berikut kisahnya.

Awal Mula Kisah

(Ilustrasi hijrah. Gambar: Unsplash/Inbal Malca)

Dikisahkan, peristiwa yang melibatkan Nabi Ibrahim dan Nabi Islam ini terjadi setelah peristiwa pembakaran terhadap Nabi Ibrahim. Sedikit menyinggung peristiwa tersebut, kala itu Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud dan anak buahnya. Namun, Nabi Ibrahim selamat karena Allah SWT memerintahkan agar api yang membakar tubuhnya berubah menjadi dingin. Peristiwa ini kemudian menjadi salah satu bukti kenabian serta mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim.

Usai peristiwa itu, Nabi Ibrahim melakukan hijrah untuk meninggalkan Raja Namrud dan kaumnya. Di penghujung perjalanan hijrahnya, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar. Dari pernikahannya itu, Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra yang diberi nama Ismail. Putranya kelak juga menjadi seorang Nabi, Nabi Ismail ‘alaihis salam.

Kehidupan Nabi Ibrahim bersama keluarganya terus berlanjut. Ismail terus bertumbuh semakin besar. Ismail tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab dan senang membantu ayahnya dalam mengerjakan segala pekerjaan. Karena itu, semakin besar pula rasa sayang Nabi Ibrahim terhadap putranya tersebut.

Saat itulah, sebuah mimpi menghampiri Nabi Ibrahim dalam tidurnya.

Mimpi Nabi Ibrahim

(Ilustrasi pisau. Gambar: Unsplash/Kai Oberhäuser)

Beberapa pendapat menyebutkan Nabi Ibrahim menerima mimpi tersebut ketika Ismail berusia tujuh tahun. Namun, Syekh Wahbah Zuhaili dalam Kitab Tafsir Al-Munir menjelaskan mimpi itu datang pada Nabi Ibrahim ketika Ismail berumur 13 tahun.

Dalam mimpinya tersebut, Nabi Ibrahim menyembelih dan mengurbankan Ismail. Ia merenungi mimpi tersebut cukup lama dan memohon kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk yang benar. Namun, Nabi Ibrahim justru mendapati mimpi tersebut kembali terulang sebanyak dua kali. Mimpi yang ketiga kali menyelipkan kesadaran pada Nabi Ibrahim bahwa ia memang harus melakukan seperti yang ada di mimpinya. Nabi Ibrahim pun menceritakan soal mimpi tersebut kepada Ismail. Hal ini dikisahkan dalam Q.S. As-Saffat ayat 102, berikut bunyinya:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى

Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’”

Sungguh luar biasa reaksi Nabi Ismail ketika mendengar perkataan ayahnya tersebut, Sahabat. Orang biasa mungkin akan ketakutan mendengar dirinya akan disembeli. Namun, Nabi Ismail justru menjawab dengan begitu tenang dan tegas, seperti yang tertulis dalam ayat Al-Qur’an berikut:

قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya, “Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’” (Surat As-Saffat ayat 102).

Meskipun berat, keduanya sepakat untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut.

Akhir Kisah

(Ilustrasi hewan kurban. Gambar: Pixabay/wiethase)

Sebelum melaksanakan penyembelihan, Nabi Ibrahim dan Ismail sempat terlibat percakapan mengharukan hingga sama-sama berlinangan air mata. Sekalipun merasa sedih, keduanya tetap ikhlas melaksanakan perintah tersebut.

Pada waktu penyembelihan yang sudah disepakati, Nabi Ibrahim membawa Nabi Ismail ke Mina. Di sana, Nabi Ismail dibaringkan di atas pelipisnya. Dengan keteguhan dan keikhlasan hati, saat itu Nabi Ismail berucap: “Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku kepadanya.” (Syekh Muhammad Sayyid Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M], halaman 3582)

Nabi Ibrahim pun melaksanakan apa yang diminta Nabi Ismail lalu mencium putranya itu dengan penuh kasih sayang. Nabi Ibrahim lalu mengambil pisau tajam dan meletakkannya di leher Nabi Ismail untuk menyembelihnya.

Saat itulah, keajaiban muncul. Pisau tajam tersebut tak mampu melukai Nabi Ismail sedikit pun. Nabi Ibrahim mengulanginya, dan hal yang sama tetap terjadi. Bahkan setelah Nabi Ibrahim memalingkan wajah Ismail agar tak terlihat olehnya. Pisau yang sebelumnya mampu membelah batu tetap tak meninggalkan bekas luka apapun. 

Jawaban atas peristiwa tersebut diturunkan langsung oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (Surat As-Saffat ayat 104-108)

Allah SWT tak menghendaki penyembelihan terjadi dan menyuruh Nabi Ibrahim dan Ismail untuk mengganti kurbannya menggunakan kambing.

Itulah kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang sungguh menggetarkan hati. Kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail terhadap perintah Allah SWT perlu kita teladani, Sahabat. Dan tentu saja, warisan dari peristiwa itu, yakni ibadah kurban, perlu kita laksanakan dengan hati yang ikhlas.

Nah, apabila Sahabat tertarik untuk ikut berkurban dalam Idul Adha tahun ini dan masih ragu ingin menyalurkan ke mana, Sahabat bisa klik di sini, ya! Mari tunaikan ibadah kurban dan salurkan pada orang-orang yang membutuhkan.

Baca juga: Apa Perbedaan antara TPQ dan TPA? Berikut Penjelasan Istilahnya

Referensi:
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/sejarah-kurban-teladan-nabi-ibrahim-dan-nabi-ismail-7hy6W