Kesehatan

Penting! Perhatikan Penyebab dan Cara Pencegahan Stunting pada Anak

penyebab stunting

Bagi Sahabat yang sudah menjadi orang tua, mungkin sudah pernah mendengar kata ‘stunting’. Mungkin, dari edukasi yang disampaikan oleh dokter ataupun petugas puskesmas. Namun, barangkali di antara Sahabat juga ada yang masih asing dengan istilah stunting.

Meski tak terdengar akrab di telinga, stunting merupakan masalah yang nyata, Sahabat. Terutama bagi negara-negara terbelakang dan berkembang, Indonesia tentu tak luput dari masalah ini. Data pada tahun 2018 menyatakan jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai angka 30,8%. Perumpamaannya, dari sepuluh orang anak, tiga orang menderita stunting.

Sekilas, mungkin terlihat seperti angka yang tidak terlalu besar. Namun bukan berarti bisa dianggap sepele dan tidak perlu diwaspadai, Sahabat.

Nah, mari kita pelajari lebih lanjut fenomena kesehatan yang satu ini, mulai dari pengertian, penyebab, hingga pencegahan stunting pada anak.

Apa itu stunting?

(Gambar: Pixabay/PDPics)

Di atas, kami telah membahas data yang menunjukkan angka stunting di Indonesia. Tapi kami belum membahas apa definisi sebenarnya dari stunting.

Stunting adalah masalah tumbuh kembang pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibanding anak seusianya akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Kekurangan gizi bisa terjadi selama kehamilan maupun saat pertumbuhan anak. Selain stunting, kekurangan gizi juga bisa membuat anak kurang berat badan hingga tubuhnya terlihat sangat kurus. Kondisi ini dinamakan wasting.

Ketika melihat tinggi anak yang kurang, mungkin masyarakat akan langsung berpikir kondisi itu disebabkan oleh faktor genetika, bukan karena masalah kesehatan seperti kekurangan gizi. Padahal, Sahabat, sebenarnya faktor genetika memiliki pengaruh yang lebih kecil pada kesehatan seseorang dibanding faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Untuk membedakan apakah seorang anak menderita stunting atau tidak, ada beberapa gejala yang bisa dilihat. Biasanya, gejala ini bisa dilihat saat anak sudah memasuki usia 2 tahun. Gejalanya di antaranya adalah tubuh lebih pendek dibanding standar tinggi badan anak seusianya, berat badan bisa lebih rendah, wajah tampak lebih muda dibanding anak seusianya, pertumbuhan tulang dan gigi terhambat, mudah sakit, mengalami gangguan belajar, dan mengalami gangguan tumbuh kembang.

Jika dibiarkan, stunting tidak hanya akan memengaruhi pertumbuhan fisik anak, Sahabat. Prestasi mereka juga akan terhambat karena adanya gangguan pertumbuhan pada otak. Riwayat kesehatan anak yang mengalami stunting juga akan buruk karena daya tahan tubuhnya buruk. Selain itu, bila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, stunting dapat menurun ke generasi berikutnya.

Mengapa anak mengalami stunting?

(Gambar: Pixabay/Sonam Prajapati)

Menurut World Health Organization (WHO), stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurang gizi dalam waktu yang lama. Kondisi kekurangan gizi bisa terjadi sejak anak berada di dalam kandungan apabila ibunya tidak mendapat makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi, vitamin, serta mineral. Kekurangan gizi semasa di dalam kandungan menjadi penyebab terbesar stunting pada anak. Setelah lahir pun, anak yang tidak mendapat gizi seimbang bisa jadi menderita stunting.

Kedua, pola asuh yang kurang efektif. Bagaimana bisa pola asuh berpengaruh pada stunting? Lagi-lagi, ini berhubungan dengan pemenuhan gizi pada anak lewat praktik dan perilaku pemberian makanan. Apabila orang tua tidak paham lalu membiarkan anaknya kekurangan nutrisi, lama kelamaan anak akan mengalami gangguan pertumbuhan yang berisiko fatal.

Ketiga, tidak mendapat perawatan setelah melahirkan. Penting bagi ibu dan bayi mendapat perawatan setelah melahirkan, salah satunya untuk mendeteksi gangguan yang mungkin diderita oleh ibu maupun anak pasca persalinan. Bayi pun dianjurkan langsung mendapatkan ASI untuk memperkuat sistem imunitasnya.

Keempat, infeksi yang berulang. Melansir dari Jurnal Nestlé Nutrition Institute, Switzerland/S (2018), dikatakan bayi berisiko tinggi terpapar penyakit berbahaya, penyakit menular, infeksi karena mikroorganisme, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang tua perlu terus mengawasi kondisi kesehatan dan imunitas anak agar tidak sampai mengalami stunting.

Kelima, faktor lingkungan. Risiko stunting pada anak akan semakin tinggi apabila anak tumbuh di lingkungan yang tidak memiliki sanitasi buruk serta tidak ada akses makanan bergizi. Inilah mengapa stunting banyak ditemukan di negara miskin dan berkembang. Karena sulitnya mendapat makanan bergizi, pelayanan kesehatan dan sanitasi yang memadai untuk mendukung tumbuh kembang anak.

Bagaimana cara mencegah stunting pada anak?

(Gambar: Unsplash/Kelly Sikkema)

Bila penyebabnya sudah jelas, maka akan lebih mudah merumuskan cara mencegah anak-anak mengalami stunting.

Pertama, penuhi nutrisi selama kehamilan. Seperti yang sudah kita bahas bersama di atas, Sahabat, pemenuhan nutrisi selama ibu hamil sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan anak. Oleh karena itu, penting bagi ibu selalu mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang untuk memastikan anak mendapat nutrisi optimal di dalam rahim.

Kedua, penuhi nutrisi anak. Tentu saja, tidak hanya saat masih di dalam rahim, setelah lahir pun asupan nutrisi anak harus tetap dijaga. Dalam masa pertumbuhannya, anak membutuhkan nutrisi yang terdiri dari vitamin (A, B kompleks, C, D, E, dan K), mineral (kalsium, magnesium, fosfor, sulfur, sodium, kalium, dan klorida), protein, lemak sehat, karbohidrat, dan cairan. Orang tua disarankan memberi anaknya susu nutrisi sesuai dengan usia anak.

Ketiga, tingkatkan kebersihan. Seperti yang telah disinggung di atas, faktor kebersihan turut menjadi penyebab anak mengalami stunting. Maka, orang tua harus senantiasa menerapkan kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan dengan sabun dan air setiap sebelum dan sesudah makan.

Keempat, atasi masalah susah makan pada anak. Salah satu pemicu gizi buruk adalah anak susah makan. Untuk mengatasi masalah ini, orang tua dapat memberi variasi makanan yang sehat dan beragam, melengkapi kebutuhan gizi seimbang, berikan anak minuman sehat seperti susu, serta berikan anak camilan sehat.

Kelima, konsultasi dengan tim pelayanan kesehatan. Penting untuk dilakukan orang tua, kondisi kesehatan anak harus dikonsultasikan secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat seperti Posyandu dan Puskesmas. Orang tua perlu mendengarkan saran yang diberikan dokter terkait kondisi anaknya.

Sementara untuk anak yang sudah terlanjur menderita stunting, dokter akan melakukan beberapa upaya untuk menyembuhkannya. Adapun, tindakan yang bisa dilakukan dokter adalah mengobati penyakit yang mendasarinya, memberikan nutrisi tambahan, memberikan suplemen vitamin, serta menyarankan keluarga menerapkan hidup yang lebih bersih.

Namun, jelas lebih baik mencegah dibanding mengobati, benar, Sahabat?

Demikian pembahasan kami mengenai stunting pada anak. Nantikan artikel menarik lainnya mengenai kehidupan pedalaman Indonesia di sini ya, Sahabat!

Referensi:
https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/mengenal-stunting-penyebab-hingga-cara-pencegahannya.html
https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/masalah-stunting-pada-anak
https://www.alodokter.com/stunting