Di artikel sebelumnya, kita telah membahas pentingnya gizi seimbang dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kali ini, kita akan membahas dampak gizi buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Termasuk contoh nyata yang terjadi di pedalaman Indonesia—yang sayangnya masih luput dari perhatian banyak orang.
Sebelum memasuki pembahasan, pernahkah Sahabat melihat anak kecil yang perutnya buncit namun tubuhnya sangat kurus, hingga tulangnya terlihat jelas? Anak seperti ini bukan sekadar kekurangan makan, bisa jadi ia mengalami gizi buruk karena tubuhnya tidak mendapatkan asupan nutrisi seimbang.
Di balik tubuh mungilnya, tersimpan kondisi yang serius dan tak bisa disepelekan.
Berikut adalah hal-hal penting yang perlu kita perdalam bersama tentang gizi buruk dan dampaknya pada anak.
Apa Itu Gizi Buruk dan Mengapa Masalah Ini Serius?
Gizi buruk adalah kondisi ketika tubuh kekurangan nutrisi penting seperti protein, vitamin, dan mineral dalam waktu yang lama. Kondisi ini bisa terjadi karena kurang makan, pola makan tidak seimbang, atau infeksi yang terus-menerus menyerang tubuh anak.
Infeksi seperti diare dan cacingan membuat tubuh sulit menyerap nutrisi dengan baik. Energi yang seharusnya digunakan untuk tumbuh justru habis untuk melawan penyakit. Akibatnya, anak tetap kekurangan gizi meski terlihat sudah makan cukup.
Dalam banyak kasus, anak-anak paling rentan alami gizi buruk karena mereka berada dalam fase pertumbuhan yang sangat cepat. Tidak mendapatkan gizi seimbang pada masa emas bisa berdampak seumur hidup. Gejala yang dapat terjadi adalah memiliki tubuh yang pendek, otak yang tidak berkembang optimal, hingga produktivitas rendah saat dewasa nanti.
Belajar dari Kasus Nyata: Kisah Dinda dari Pedalaman Sumatera Selatan
Di sebuah desa kecil di pedalaman Sumatera Selatan, kami bertemu dengan Dinda, adik kecil yang mengalami gizi buruk dan penyakit komplikasi. Tubuhnya sangat kurus, sampai tulang-tulangnya terlihat jelas menonjol. Di umurnya yang genap 1 tahun, tidak ada perkembangan motorik yang bisa Dinda lakukan. Ia hanya bisa terbaring kaku.
Penyakit paru-paru dan limfadenitis (peradangan kelenjar getah bening) yang Dinda alami memperparah kondisinya. Ia sering sekali demam, kejang-kejang, sesak napas, hingga badannya kaku.
Sebelum mendapat bantuan dari Sahabat Baik, adik kecil ini baru sekali menjalani pengobatan medis di RS Bari Palembang. Setelah itu tidak dilanjutkan karena kondisi ekonomi yang terbatas.
Kisah Dinda bukan satu-satunya yang terjadi. Di banyak daerah pedalaman, keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, minimnya edukasi, dan kebiasaan makan yang turun-temurun membuat anak-anak tumbuh tidak maksimal.
Tanda-Tanda Anak Mengalami Gizi Buruk
1. IMT (Indeks Massa Tubuh) di Bawah Normal
Salah satu cara mengenali gizi buruk adalah dengan melihat Indeks Massa Tubuh atau IMT anak. IMT dihitung dari berat badan dibagi tinggi badan kuadrat dalam satuan meter. Hasil IMT menunjukkan apakah berat badan anak sudah sesuai dengan tinggi badannya. Jika nilainya terlalu rendah, artinya anak terlalu kurus dan berisiko mengalami kekurangan gizi.
Anak dengan IMT rendah biasanya tampak kecil, kurus, dan cepat lelah saat beraktivitas. Pengukuran IMT bisa dilakukan di posyandu, puskesmas, atau fasilitas kesehatan terdekat. Tenaga kesehatan akan membandingkan hasilnya dengan standar usia yang berlaku. Jika di bawah garis normal, anak kemungkinan mengalami gizi buruk dan perlu penanganan lebih lanjut.
2. Stunting: Tinggi Badan yang Terhambat
Stunting adalah gambaran nyata dari kekurangan gizi jangka panjang yang paling tragis. Ini bukan hanya soal anak yang lebih pendek dari teman-temannya, tapi tentang kerusakan yang terjadi di dalam tubuh dan otak yang sulit untuk sepenuhnya diperbaiki.
3. Sering Sakit dan Tidak Aktif
Anak kurang gizi umumnya mudah terkena penyakit seperti batuk, diare, dan demam. Kondisi ini disebabkan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Saat sakit, nafsu makan menurun dan tubuh makin lemah—membentuk lingkaran yang sulit diputus jika tidak ditangani serius.
Dampak Gizi Buruk pada Tumbuh Kembang Anak
1. Dampak Fisik: Tubuh Lemah dan Pertumbuhan Tertinggal
Tanpa cukup kalori, protein, dan vitamin, anak-anak tidak akan tumbuh optimal. Seperti Dinda, banyak anak pedalaman tumbuh kecil dan kurus. Ini bukan hanya soal ukuran tubuh, tapi juga soal daya tahan dan kekuatan fisik mereka dalam menjalani hidup.
2. Dampak pada Otak: Sulit Belajar dan Berkembang
Otak membutuhkan zat besi, yodium, dan asam lemak omega-3 untuk berkembang. Jika tidak terpenuhi maka akibatnya:
- Anak lambat bicara
- Sulit mengingat dan berkonsentrasi
- Nilai sekolah menurun
- Tidak percaya diri
Studi menunjukkan, anak yang alami stunting lebih mungkin memiliki IQ lebih rendah dan prestasi akademik lebih buruk.
3. Dampak Emosional dan Sosial
Anak yang kurang gizi bisa mengalami:
- Perubahan suasana hati
- Mudah menangis atau marah
- Kesulitan bersosialisasi
Beberapa anak juga menarik diri dari teman-temannya karena merasa berbeda atau tidak percaya diri.
4. Dampak Jangka Panjang di Masa Dewasa
Gizi buruk bukan hanya masalah masa kecil. Saat dewasa nanti, anak yang mengalami gizi buruk memiliki risiko lebih tinggi terkena:
- Penyakit jantung
- Diabetes
- Hipertensi
- Produktivitas kerja yang rendah
Sahabat, gizi buruk bukan sekadar statistik atau angka dalam laporan. Tapi, memahami detail-detail ini menegaskan betapa mendesaknya masalah gizi buruk di Indonesia, terutama di daerah yang aksesnya terbatas. Ini bukan hanya masalah perut lapar, tapi krisis yang merenggut potensi, kesehatan, dan masa depan generasi. Dengan pengetahuan ini, mari kita tingkatkan kesadaran dan tindakan nyata untuk melawan gizi buruk terutama pada anak-anak.
Baca juga: Permasalahan yang Dihadapi oleh Daerah 3T di Indonesia
Referensi :
Gizi Buruk – Gejala, penyebab dan dan mengobati – Alodokter
6 Dampak Malnutrisi pada Anak yang Tak Boleh Disepelekan – Hello Sehat
Gizi Buruk pada Anak – Penyebab, Jenis, Dampak, dan Solusi