Protein hewani yang terkandung di dalam daging-dagingan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Sayangnya, tingkat konsumsi daging di Indonesia masih sangat rendah, jauh di bawah rata-rata dunia. Menurut data tahun 2021, konsumsi daging ayam di Indonesia rata-rata hanya 8,1 kg per kapita. Sementara daging sapi rata-rata hanya 2,2 kg per kapita. Sedangkan rata-rata konsumsi daging ayam dunia adalah 14,9 kg per kapita, dan daging sapi adalah 6,4 kg per kapita.
Padahal, kurangnya asupan protein hewani dapat berdampak pada pertumbuhan badan dan tingkat kecerdasan, khususnya pada anak-anak. Masalah kekurangan protein hewani yang dibiarkan berlarut-larut akan berpengaruh pada kualitas SDM (sumber daya manusia) di masa depan.
Namun, rendahnya konsumsi protein di Indonesia bukan tanpa alasan. Harga daging-dagingan yang relatif mahal menjadi alasan utama. Hal ini dibenarkan pula oleh Bu Hayati, seorang warga Babakan Sembung. Ia merasa kesulitan membeli daging karena harganya yang mahal.
“Karena kan bahan pokok sekarang mahal-mahal, daging juga mahal. Kemarin juga untuk lebaran nggak sempet beli daging,” terangnya.
Fenomena ini lah yang menggerakkan kami dari Sahabat Pedalaman bersama dengan Telkomsel Poin dan Benih Baik, untuk menyalurkan bantuan berupa protein tambahan. Kami menyambangi empat kota di Indonesia yaitu Bali, Bandung, Makassar, dan Medan untuk menyampaikan paket protein tambahan berupa daging sapi, daging ikan, daging ayam, dan telur kepada masyarakat.
Meskipun sempat mengalami kendala terutama saat mendatangi lokasi-lokasi yang berada di provinsi dan pulau luar Jawa, seluruh paket protein tambahan dapat kami distribusikan kepada warga yang membutuhkan. Senangnya ketika mengetahui banyak warga yang berterima kasih dan merasa sangat terbantu atas paket yang kami salurkan.
Di antaranya Bu Hayati yang merasa sangat bersyukur atas bantuan yang didapatnya. Ia juga mengucapkan doa kepada donatur yang telah berbaik hati membagikan paket berisi daging yang memang sulit sekali untuk dijangkau karena harganya yang mahal. “Semoga dengan bantuan ini semakin berkah, rezekinya semakin dimudahkan,” ungkap Bu Hayati.
Bu Hayati dan para penerima paket protein tambahan ini hanyalah segelintir dari banyaknya masyarakat Indonesia yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi gizi mereka. Di luar sana, masih banyak sekali yang kesulitan untuk mengakses makanan bergizi, terutama yang berupa daging-dagingan. Semoga setelah ini semakin banyak yang bersedia mengulurkan tangan demi membantu memperbaiki gizi masyarakat Indonesia.
Referensi:
https://goodstats.id/article/rata-rata-konsumsi-daging-di-indonesia-masih-anjlok-ozwzO